Pewakafan Diri dan Nasib Keluarga

———-

Saya sudah “mewakafkan” diri untuk umat, ustadz. Saya sudah bukan milik keluarga lagi. Saya sudah menjadi milik umat. Allah akan mengurus keluarga saya.

———-

Mengapa kita mengeluarkan keluarga kita sendiri dari keluarga besar umat ini?

Istri dan anak-anak kita adalah bagian dari umat. Mereka adalah umat dalam skala kecil yang menjadi pembentuk umat dalam skala besar. Mereka, bahkan, ada dalam lingkaran tanggung jawab utama kita dan tanggung jawab itu diembankan Allah secara langsung kepada kita.

Mengeluarkan istri dan anak-anak kita sendiri dari pusat perhatian kita, apalagi menyia-nyiakan mereka, sama saja dengan tidak peduli dengan nasib umat ini secara keseluruhan.

Jangan jadikan aktifitas dakwah atau kesibukan mengurus masyarakat sebagai pembenar bagi kita untuk tak memperhatikan istri dan anak-anak kita sendiri, apalagi sampai membiarkan mereka terlunta-lunta, lalu menjadi beban bagi orang lain.

Tindakan “mewakafkan” diri untuk umat, seharusnya, memperbesar perhatian kita kepada keluarga kita sendiri karena merekalah umat yang berada di jarak terdekat.

Wallāhu a’lam…

(Iqbal Harafa)

———-

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *