Isrā’ dan Mi’rāj 04

JIN ‘IFRĪT

Saat Nabi saw. melaju di atas Burāq, beliau melihat, tiba-tiba, jin ‘Ifrīt mengejar beliau, seraya membawa seobor api. Setiap kali menoleh (ke belakang), beliau melihatnya.

Jibrīl berkata: “Tidakkah kuajarkan saja kepadamu beberapa kalimat yang dapat engkau ucapkan? Jika engkau mengucapkannya, niscaya padamlah obor ‘Ifrīth itu dan jatuh tersungkurlah dia.” Rasulullah saw. menjawab: “Ya!”. Jibrīl pun berkata: “Ucapkanlah olehmu:

أَعُوْذُ بِوَجْهِ اللهِ الْكَرِيْمِ وَبِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ، الَّتِي لاَيُجَاوِزُهُنَّ بَرٌّ وَلاَفَاجِرٌ، مِنْ شَرِّ مَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَآءِ، وَمِنْ شَرِّ مَا يَعْرُجُ فِيْهَا، وَمِنْ شَرِّ مَا ذَرَأَ فىِ الْأَرْضِ وَمِن شَرِّ مَا يَخْرُجُ مِنْهَا، وَمِنْ فِتَنِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ، وَمِنْ طَوَارِقِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ إِلاَّ طَارِقًا يَطْرُقُ بِخَيْرٍ، يَارَحْمَنُ.

“Aku berlindung kepada Kemahakuasaan Allah Yang Maha Mulia dan kepada kalimat-kalimat Allah yang sempurna, yang tidak ada seorang pelaku kebajikan atau seorang pelaku keburukan pun dapat melampauinya, dari suatu keburukan yang turun dari langit maupun suatu keburukan yang naik ke sana, dari suatu keburukan yang ada di atas bumi maupun suatu keburukan yang muncul dari (dalam perut)nya, dari bencana-bencana malam maupun siang, dan dari segala yang mengetuk dan datang pada malam maupun siang, kecuali suatu pengetuk kebajikan. Wahai (Allah) Sang Pemberi Kasih.”

Maka, ‘Ifrīt pun jatuh tersungkur dan padamlah obornya.

Mereka (yaitu Jibrīl, Nabi saw., dan Mīkāīl) terus melaju hingga bertemu dengan sekelompok orang yang sedang bercocok tanam dalam sehari, lalu memanen (hasilnya) dalam sehari pula. Setiap kali mereka selesai memanen, berulanglah apa yang sudah terjadi (sebelumnya).

Nabi saw. bertanya: “Wahai Jibrīl, apakah (yang kusaksikan) ini?” Jibrīl menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang berjihad di jalan Allah Yang Maha Tinggi. Kebaikan untuk mereka dilipatgandakan sebanyak tujuh ratus kali. Apapun yang mereka nafkahkan (di jalan Allah), maka Dia langsung menggantinya.”

(Bersambung ke Bagian 05)

———-

QISHSHAH AL-MI’RĀJ

Ditulis oleh al-‘Allāmah Najmuddīn al-Ghaythī, diperinci oleh Abī al-Barakāt as-Sayyid Ahmad ad-Dardīr, dan diterjemahkan oleh Iqbal Harafa.

RAJABAN
DI PESANTREN DAARUL ULUUM
BOGOR

———-

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *