Nabi Ibrahim as. (1)

NUH AS. DAN KETURUNANNYA

Irak bagian utara adalah titik pertemuan dua kabilah besar manusia, yaitu keturunan kabilah-kabilah yang datang dari Irak selatan dan keturunan-keturunan Syits dan Idris as. yang datang dari Mesir, Palestina, dan Suriah.

Kepada orang-orang yang bertemu di Irak utara inilah Allah swt. pernah mengutus Nuh as.: 

وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا نُوْحًا اِلٰى قَوْمِهِ فَلَبِثَ فِيْهِمْ اَلْفَ سَنَةٍ اِلَّا خَمْسِيْنَ عَامًا ۗفَاَخَذَهُمُ الطُّوْفَانُ وَهُمْ ظٰلِمُوْنَ

“Dan demi (keagungan dan kekuasaan Kami), sungguh Kami telah mengutus Nūh kepada kaumnya, maka dia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka (yang durhaka) ditimpa banjir besar dan mereka adalah orang-orang zalim,” (Al-Ankabūt: 14).

Selama menjalankan tugas kerasulannya, Nuh as. bersafari ke seluruh wilayah Irak, dari bagian utara hingga ke selatannya, menyeru mereka yang telah tersesat agar kembali kepada Allah swt., hanya menyembah dan beribadah kepada–Nya. Tugas kerasulan itu dijalani oleh Nuh as. selama berpuluh-puluh, bahkan, beratus-ratus tahun.

Menurut Rusydi al-Badrawi, kuat dugaan bahwa Nuh as. bersafari juga ke Suriah dan Palestina untuk menyeru para penduduknya. Itu didasarkan kepada pernyataan al-Qur’an sendiri bahwa Allah tidak akan menurunkan azab kepada suatu kaum sebelum mengutus kepada mereka seorang rasul.

وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِيْنَ حَتّٰى نَبْعَثَ رَسُوْلًا

“Dan Kami bukanlah Penyiksa-Penyiksa sebelum Kami mengutus seorang rasul (yang bertugas menunjukkan kebenaran dan mencegah kebatilan),” (Al-Isrā: 15).

Hanya sedikit saja dari mereka yang beriman kepada seruan Nuh as. Kekeraskepalaan mereka dalam kemusyrikan menjadi sebab turunnya azab Allah swt., yaitu topan-badai dasyat yang menenggelamkan seluruh wilayah yang didiami kaum Nuh as. dan memusnahkan, nyaris, mereka semua. Hanya orang-orang yang ikut serta bersama Nuh as. di atas kapallah yang selamat. Mereka adalah: tiga anak Nuh as., yaitu Sam, Ham, dan Yafits, serta sedikit orang lainnya yang beriman.

Menurut Ibnu Ishaq, orang-orang beriman selain ketiga anak Nuh as. tersebut berjumlah sepuluh orang saja, yaitu lima orang pria dan lima orang wanita.

Pasca topan badai dasyat itu, tanah di bumi menjadi subur dan sungai-sungai penuh dialiri air. Semua orang yang selamat dari azab itu saling menikah, lalu beranak-pinak dengan cepat. Semakin lama, wilayah yang mereka tempati semakin terasa padat sehingga keturunan-keturunan mereka pun bermigrasi ke berbagai wilayah lain.

Secara geografis, Irak bagian utara adalah wilayah bergunung-gunung dan berhawa sangat dingin. Hidup di lingkungan semacam itu tidaklah mudah. Karena sebab itulah migrasi keturunan-keturunan Nuh as. mengarah ke selatan. Di sana, mereka berkoloni, membentuk perkampungan-perkampungan, lalu menjadi leluhur bagi berbagai kabilah manusia di kemudian hari. Sam menurunkan kabilah-kabilah Semit, yaitu Arab, Persia, dan Romawi. Ham menjadi leluhur bagi kabilah Hamiyah. Sementara itu, Yafits menurunkan kabilah Turki, as-Shaqalabah, dan kabilah-kabilah di asia tengah.

Bagaimana dengan sepuluh orang beriman yang ikut serta bersama Nūh as. selain ketiga anaknya? Tidak ditemukan sedikitpun keterangan tentang bagaimana keadaan mereka. Sa’id Bin Abi Arubah menyampaikan dari Qatadah bahwa mereka seluruhnya punah.

Apa yang disampaikan oleh Sa’id itu, menurut Rusydi al-Badrawi, diragukan kesahihannya karena tidak disertai penjelasan sedikitpun mengenai apa yang menjadi sebab kepunahan mereka. Kesepuluh orang beriman selain anak-anak Nuh as. ini, bisa jadi, masih berlanjut keturunannya sehingga turut melahirkan kabilah-kabilah manusia pula, yaitu kabilah-kabilah yang tidak diketahui asal-usulnya.

Tidak ada komunitas manusia keturunan Nuh as. yang betul-betul masih membawa ras asli leluhur mereka masing-masing. Antar keturunan berbagai kabilah ini terjadi perkawinan yang menyebabkan terjadinya percampuran ras.

Wilayah Timur Dekat Kuno, merupakah tempat di mana orang-orang semit berkoloni. Mereka adalah keturunan Sam Bin Nuh as. Namun, harus dicatat bahwa kata “samiyah” dipahami secara berbeda oleh para sejarahwan. Taurat, misalnya, menyatakan bahwa kabilah Kaldan adalah kabilah yang bersilsilah ke Kan’an Bin Ham Bin Nuh as.

Kabilah Amoria dan kabilah Yebusi juga merupakan keturunan Kan’an Bin Ham Bin Nuh as. Ketiga kabilah ini adalah keturunan Ham Bin Nuh as. atau Hamiyah. Namun, oleh sejumlah sejarahwan, semua kabilah-kabilah itu malah dikelompokkan sebagai kabilah-kabilah Samiyah. Namun, kalangan sejarahwan lainnya berpandangan bahwa pengelompokkan mereka ke dalam kabilah Samiyah semata-mata hanyalah karena kemiripan bahasa saja, bukan menggambarkan asal-usul mereka.

Keturunan Aram Bin Sam bermukim di wilayah antara hulu Sungat Efrat hingga ke pesisir Laut Tengah atau di ujung paling barat wilayah Timur Dekat Kuno. Sementara itu, keturunan Ilam Bin Sam bermukim di ujung timur wilayah itu, yaitu antara wilayah timur sungai Daljah hingga ke perbatasan Iran.

—–

Ditulis oleh: Iqbal Harafa

Dihimpun dan Disarikan dari (1) Ibrāhīm Abū al-Anbiyā, karya ‘Abbās Mahmud al-‘Aqqād; (2) Dirāsāt Tārīkhiyyah min al-Qur’ān al-Karīm, karya Muhammad Bayūmī Mahrān; (3) Dirāsāt fī Tārīkh ay-Syarq al-Adnā al-Qadīm, Muhammad Bayūmī Mahrān; (4) Mishr wa al-Syarq al-Adabī al-Qadīm, karya ‘Abdul ‘Azīz Shālih; (5) Min I’jāz al-Qur’ān, karya Ra’ūf Abū Sa’dah; (6) Arā’is al-Majālis, karya Abū Ishāq ats-Tsa’labī; (7) Muhammad Rasulullāh wa al-ladzīna Ma’ahū, karya ‘Abdul Hamīd Jaudah as-Sahhār.

—–

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *