Nabi Ibrahim as. (7)

ASUR

Kabilah Asur bermukim di wilayah antara sungai Zab Besar dan sungai Zab Kecil, dua sungai yang bertemu di sungai Tigris di sebelah utara Irak. Sejak abad ke-21 SM, orang-orang Asur sudah menyatu dalam satu kerajaan. Raja mereka yang terkenal adalah Buzu Asyur I dan Syirukin I. Raja yang disebut terakhir ini lebih dikenal dengan nama Sarjun (Sargon) I.

Sarjun I meluaskan wilayah kerajaan Asur hingga meliputi seluruh bagian utara sungai Tigris. Ia menaklukkan daulah Mari di barat. Ia pun memindahkan pusat kerajaannya ke kota Niniwe, sebuah kota yang namanya berasal dari nama Dewa Nun atau Dewa Air.

Tidak cukup sampai di situ, Sarjun I terus meluaskan wilayah kerajaannya ke selatan. Ia menaklukkan kota Kis dan Akad. Kota yang disebut terakhir ini, adalah pusat penyembahan Dewa Asytar. Sarjun I memindahkan lagi pusat kerajaannya ke kota itu. Demikian hingga pada akhirnya seluruh daulah Sumeria di selatan dan utara Irak dikuasai secara penuh. Sejak itulah Sarjun disebut sebagai Raja Sumeria-Akaddia.

Dalam perjalanan berikutnya, kerajaan Elam di timur menyerbu Asur dan menguasai sejumlah besar wilayahnya. Serangan daulah Elam mencapai kota Mari, bahkan terus berlanjut ke barat, yaitu Arazz dan Tharthus.

Menurut sejumlah mitos, dikisahkan bahwa Dewa Inlil, pada awalnya, merestui Sarjun dan menganugerahinya kekuasaan. Namun, ketika orang-orang Asur semakin kaya dan berkuasa, mereka berubah menjadi sewenang-wenang dan jahat. Tentara Asur, misalnya, menghancurkan kuil Ikur, menjarah isinya, dan merampas patung Dewa Nafar. Akibatnya, Dewa Inlil pun murka dan menghancurkan kerajaan Asur melalui perantaraan orang-orang gunung, yaitu orang-orang Juti.

Orang-orang yang disebutkan terakhir itu datang dari pegunungan-pegunungan di wilayah utara Irak dan dari sepanjang pesisir Laut Hitam. Serangan orang-orang Juti menyebabkan melemahnya kekuasaan daulah Asur. Akibatnya, sejumlah daulah kecil Sumeria, seperti Lajas dan Uruk,  memerdekakan diri. Masa ini disebut sebagai masa kebangkitan kembali orang-orang Sumeria.

Di kota Ur, Urnamu naik tahta dan berkuasa. Ia adalah raja dari dinasti ketiga penguasa Ur. Dalam kekuasaannya, kota Ur berkembang sangat pesat. Kekuasaan Urnamu dilanjutkan oleh Syawaji (Shoulgi), raja yang memimpin Ur selama 50 tahun berikutnya. Di masa kekuasaan Syawaji inilah, sebagaimana akan dijelaskan, Ibrahim as. lahir. Syawaji adalah juga raja yang memerintahkan pembakaran hidup-hidup atas diri Ibrahim as.

—–

Ditulis oleh: Iqbal Harafa

Dihimpun dan Disarikan dari (1) Ibrāhīm Abū al-Anbiyā, karya ‘Abbās Mahmud al-‘Aqqād; (2) Dirāsāt Tārīkhiyyah min al-Qur’ān al-Karīm, karya Muhammad Bayūmī Mahrān; (3) Dirāsāt fī Tārīkh ay-Syarq al-Adnā al-Qadīm, Muhammad Bayūmī Mahrān; (4) Mishr wa al-Syarq al-Adabī al-Qadīm, karya ‘Abdul ‘Azīz Shālih; (5) Min I’jāz al-Qur’ān, karya Ra’ūf Abū Sa’dah; (6) Arā’is al-Majālis, karya Abū Ishāq ats-Tsa’labī; (7) Muhammad Rasulullāh wa al-ladzīna Ma’ahū, karya ‘Abdul Hamīd Jaudah as-Sahhār.

—–

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *