Nabi Ibrahim as. (9)

ARFAKHSYADZ

Sebagaimana keturunan Lud, keturunan Arfakhsyad pun tidak mendapat tempat untuk bermukim di wilayah subur Irak. Keturunan Arfaksyad tidaklah sebanyak keturunan Sam lainnya. Selain itu, mereka adalah orang-orang yang lebih suka hidup tenang dan selalu menghindari persaingan dan konfik. Karena itu, persebaran mereka mengarah pula ke gurun-gurun di seputar Syam dan Irak 

Arfakhsyad memiliki putra  Syalih dan Syalih memiliki putra ‘Abir. ‘Abir memiliki tiga orang putra, yaitu: Yaqthan atau Qahthan, Falij, dan Jurhum. Yaqthan menurunkan lagi 13 orang putra yang seluruhnya bermukim di bagian selatan semenanjung Jazirah Arab. Yaqthanlah yang menurunkan Kabilah Qahthan dan orang-orang Hadhramaut. Yang terakhir disebut ini tinggal berdekatan dengan Kabilah ‘Ad, kabilah yang kepada mereka pernah diutus Nabi Hud as. Yaqthan menurunkan pula putra bernama Syaba.

Keturunan-keturunan Syaba berpindah ke sebelah barat hingga mencapai pesisir Laut Merah. Di wilayah ini, mereka beranak pinak dan disebut sebagai orang-orang Saba. Di kemudian hari, orang-orang Saba membangun sebuah kerajaan besar bernama Saba.

Falij dan keturunannya tinggal di sepanjang tepi barat sungai Efrat, tepatnya di bagian timur hamparan tanah perkebunan subur dan gurun di sebelah barat. Dari sana, mereka berpindah setahap demi setahap ke arah barat. Falij inilah yang menurunkan Saruj, lalu Nahur, lalu Tārih atau Azar, ayah Ibrahim as.

Perpindahan keturunan Saruj ini membawa mereka ke kota Ur. Keturunan-keturunan Falij dari jalur silsilah ini adalah orang-orang yang sangat pandai membuat patung. Di kota Ur, mereka banyak membuat patung dewa-dewa pesanan para penduduknya.

Adapun Jurhum, keturunannya tinggal dan menetap di seputar Mekkah sejak mata air Zamzam ditemukan.

—–

Ditulis oleh: Iqbal Harafa

Dihimpun dan Disarikan dari (1) Ibrāhīm Abū al-Anbiyā, karya ‘Abbās Mahmud al-‘Aqqād; (2) Dirāsāt Tārīkhiyyah min al-Qur’ān al-Karīm, karya Muhammad Bayūmī Mahrān; (3) Dirāsāt fī Tārīkh ay-Syarq al-Adnā al-Qadīm, Muhammad Bayūmī Mahrān; (4) Mishr wa al-Syarq al-Adabī al-Qadīm, karya ‘Abdul ‘Azīz Shālih; (5) Min I’jāz al-Qur’ān, karya Ra’ūf Abū Sa’dah; (6) Arā’is al-Majālis, karya Abū Ishāq ats-Tsa’labī; (7) Muhammad Rasulullāh wa al-ladzīna Ma’ahū, karya ‘Abdul Hamīd Jaudah as-Sahhār.

—–

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *