Nabi Ibrahim as. (12)

TRIDEWA II

Tridewa yang kedua adalah Dewa Bulan, Dewa Matahari, dan Dewa Venus. Dari ketiganya, Dewa Bulan adalah yang paling utama. Ia diposisikan sebagai ayah bagi Dewa Matahari dan Dewa Venus. Dua dewa yang terakhir ini diyakini berjenis kelamin laki-laki. Namun, Dewa Venus kadang diyakini sebagai perempuan.

Seperti telah dijelaskan, penyembahan kepada benda-benda langit dilakukan oleh orang-orang di selatan Irak. Itu disebabkan oleh karakteristik geografis wilayah selatan di mana langit cenderung cerah dan bersih dari awan. Ur, kota di mana Ibrāhīm as. dilahirkan, adalah pusat penyembahan ketiga dewa ini. 

Dewa Bulan

Dialah Sin, putra Inlil yang menjadi salah satu dewa besar. Sin memiliki istri bernama Nanjal atau Nanjal, yang berarti “nyonya besar.”

Selain berpusat di Ur, penyembahan dewa Sin melebar sampai ke wilayah utara Irak, bahkan sampai ke Suriah, Finiqiya, dan orang-orang nomaden (badawi) dari keturunan Aram.  Di utara Irak, para penduduk kota Haram adalah penyembah dewa ini juga.

Sina, nama sebuah gurun, diyakini berasal dari kata “Sin” ini. Orang-orang Sumeria menyebut Dewa Sin dengan nama Nina yang berarti penjaga langit.

Penyembahan Dewa Bulan ini menyebar pula hingga ke Jazirah Arab. Orang-orang Mu’iniyyun menyebut dewa ini dengan nama Wadd dan orang-orang Shaba’iyyun menyebutnya al-Maqqah atau al-Muqah. Sementara itu, orang-orang Hadramaut masih menyebutnya Sin.

Dewa Matahari

Dialah Utu, sosok yang juga disebut sebagai Dewa Keadilan. Kuil penyembahan dewa ini berada di Sinyar, daerah yang berada di sebelah utara Babel. Orang-orang di kota Larsa menyembahnya juga. Di kalangan orang-orang Ibrani dan Arami, dewa ini disebut dengan nama Syamasy. Dewa Utu memiliki seorang istri bernama Iyya.

Penyembahan terhadap Dewa Matahari tidak hanya terjadi di beberapa daerah di Irak selatan, namun juga dilakukan oleh orang-orang di Qityan, Hadhramaut, dan Saba.

Dewa Venus

Dialah ‘Asytar, sosok dewa yang juga memiliki banyak nama. Orang-orang Sumeria menamainya Anina atau Anini, yang berarti Tuan Langit, orang-orang Akad menyebutnya ‘Asytar atau Istar, orang-orang Kan’an dan al-Fainiqi menyebutnya ‘Asytarat atau ‘Asyturah, dan orang-orang di wilayah utara Arab menyebutnya ‘Atstar. Di Yunani, dewa ini bernama Ifrudiyat dan di Romawi bernama Venus. ‘Asytar adalah adik laki perempuan Syamasy dan keduanya adalah anak dari pasangan Sin dan Nanjal.

Orang-orang Asur menyakini pula Dewa ‘Asytar sebagai Dewa Perang. Ia digambarkan sebagai sosok yang sedang menunggangi seekor singa sambil merentangkan busur yang menjadi senjata perangnya.

Selain Tridewa Ke-2 ini, masih ada dua dewa benda langit lainnya yang juga disembah oleh orang-orang Irak Kuno, yaitu Marduk, Sang Dewa Jupiter, dan Nabu, Sang Dewa Mars.

—–

Ditulis oleh: Iqbal Harafa

Dihimpun dan Disarikan dari (1) Ibrāhīm Abū al-Anbiyā, karya ‘Abbās Mahmud al-‘Aqqād; (2) Dirāsāt Tārīkhiyyah min al-Qur’ān al-Karīm, karya Muhammad Bayūmī Mahrān; (3) Dirāsāt fī Tārīkh ay-Syarq al-Adnā al-Qadīm, Muhammad Bayūmī Mahrān; (4) Mishr wa al-Syarq al-Adabī al-Qadīm, karya ‘Abdul ‘Azīz Shālih; (5) Min I’jāz al-Qur’ān, karya Ra’ūf Abū Sa’dah; (6) Arā’is al-Majālis, karya Abū Ishāq ats-Tsa’labī; (7) Muhammad Rasulullāh wa al-ladzīna Ma’ahū, karya ‘Abdul Hamīd Jaudah as-Sahhār.

—–

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *